Jambi – Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Jambi menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Jambi, Jumat 29 September 2023.
Koorlap aksi Risma Pasaribu dalam orasinya meneriakkan sejumlah peristiwa kelam pelanggaran HAM baik lokal hingga nasional dalam aksi bertajuk “September Hitam – Kejahatan HAM yang Diabaikan”
Berbagai persoalan akut Provinsi Jambi macam kemacetan yang ditimbulkan oleh operasional truk-truk batu bara di jalan nasional, kecelakaan berulang yang banyak berakibat pada adanya korban cacat atau bahkan meninggal pun jadi sorotan Aliansi Mahasiswa Jambi.
Tak hanya itu, konflik agraria, kriminasisasi aktifis, kasus kematian bocah 4 tahun yang tak kujung terungkap, penyegelan gereja, hinga janji-janji politik Gubernur Jambi Al Haris yang tak kunjung terpenuhi juga dipersoalkan.
“Jambi mantap hanya slogan semata nyatanya Jambi kacau. Begitu banyak konflik yang di rawat ramai-ramai, seumpama menutupi bangkai secara bersamaan begitulah kinerja pemerintah Jambi yang kami lihat hari ini. Banyak proyek proyek tak berkesudahan dan tidak ada urgensinya dibangun namun di alokasikan dana pembangunan, sementara pembangunan pembangunan yang harus nya di utamakan justru malah di abaikan,” kata koorlap aksi Aliansi Mahasiswa Jambi, Risma Pasaribu, Jumat 29 September 2023.
Beberapa saat massa aksi berorasi di depan kantor Gubernur Jambi, Asisten 3 Setda Provinsi Jambi Jangcik Mohza turun menemui massa aksi.
Jagcik menyampaikan bahwa Gubernur Jambi sedang tidak berada di tempat. Adapaun aspirasi yang disampaikan Aliansi Mahasiswab Jambi akan disampaikan pada Gubernur.
Massa aksi yang belum bisa terima kemudian mendesak agar menyampaikan aspirasinya secara langsung pada Gubernur Jambi Al Haris.
Merespon sikap mahasiswa itu, Asisten 3 Jangcik Mohza menyampaikan bahwa akan diagendakan agar Aliansi Mahasiswa Jambi dapat menyampaikan aspirasinya langsung pada Gubernur.
Koorlap aksi Risma Pasaribu kepada awak media pun menyampaikan bahwa Aliansi Mahasiswa Jambi sebagai sosial control akan konsisten menyuarakan isu-isu pelanggaran HAM atau berbagai permasalahan sosial yang sampai kini seolah diabaikan oleh pemerintah.
“Seperti makam putri pinang masak seorang ratu dari Jambi seolah-olah tidak ada nilai kebudayaan yang bisa dipelajari atau dilihat dimakan pahlawan tersebut. Padahal Sukarno pernah mengatakan ‘jas merah’ Jangan sekali kali melupakan sejarah! Namun dari makam putri pinang masak bisa kita lihat Jambi ini seolah melupakan sejarah. Tentunya perhatian serius harus diberikan oleh pemerintah selaku oknum yang kita percaya memimpin sepucuk Jambi sembilan lurah,” katanya.